Putra Pelalawan Sebut Perjuangan Hak Tanaman Kehidupan Diboncengi Kepentingan Pribadi Pengurus

Senin, 10 November 2025 | 05:57:59 WIB
Putra Pelalawan Dedi dan Liaz Abnur

PELALAWAN (Suarapelalawan) - Putra Kelurahan Pelalawan, Dedi secara terang terangan mengungkapkan gagalnya perjuangan hak atas fee tanaman kehidupan di Kelurahan Pelalawan yang tidak dibayarkan oleh PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) penyebab utama nya karena kepentingan pribadi pengurus menjadi daya tawar yang dibawa ke perusahaan.

"Kenapa sudah berjuang sampai tujuh tahun, perjuangan yang dilakukan oleh pengurus yang ditunjuk masyarakat Kelurahan Pelalawan semakin tahun semakin tak jelas, penyebab utamanya adalah kepentingan pribadi yang dibawa pengurus untuk bernegosiasi dengan RAPP, isu itu sudah menjadi rahasia umum di Kelurahan Pelalawan,"tegas Dedi, Senin (10/11/2025)

Mengingat, masyarakat yang berada tepat di jantungnya peradaban Pelalawan ini berasal, sikap permisiif dan segan menyegan menjadi pembenaran bagi pengurus untuk tidak menjadikan kepentingan masyarakat sebagai prioritas utama dalam bernegosiasi dengan perusahaan.

"Kita sudah kasih waktu tujuh tahun, itu bukan waktu yang singkat, anak kecil saja sekolah hanya butuh waktu enam tahun untuk dapat ijazah SD, ini sudah tujuh tahun tak ada apa apa, kalah dari anak SD,"kata Dedi dengan nada geram

Mengingat para pengurus tanaman kehidupan di kelurahan Pelalawan itu sudah tidak muda lagi, siapa yang tahu nasib dan takdir yang diluar kuasa manusia, Dedi mengingatkan agar urusan kepercayaan masyarakat tidak menjadi utang pengurus sampai di bawa mati.

"Umur siapa tang tahu, jangan sampai amanah dan kepercayaan ini di bawa mati,"ungkapnya

Apa yang disampaikan pria yang juga mendapat amanah menjadi Ketua Aliansi Aktivis Peduli Kawasan Hutan (A2-PKH) Kabupaten Pelalawan itu bukan tanpa alasan, kegarangannya itu mengingatkan dirinya atas pesan terakhir mantan Sekdakab Pelalawan H Tengku Mukhlis kepadanya lewat aplikasi Whatsap yang mengatakan akan menjadi dilema, jika pengurus tanaman kehidupan dibiarkan berimprovisasi sesuai keinginannya sendiri tanpa pengawasan dan evaluasi.

"Pak Sekda waktu itu, pak TM menjapri saya mengatakan bahwa akan jadi dilema jika tidak diingatkan, ini akan hilang ditelan waktu, alias dilupakan."kata Dedi membacakan chats nya dengan mendiang H . Tengku Mukhlis

"Chats dengan mendiang masih tersimpan,"akunya

Untuk masalah hak tanaman kehidupan di Kelurahan Pelalawan, kata Dedi, Lurah Musa dan Camat Yusman Effendi dinilai tidak bisa memberikan pengaruh signifikan sebagai pewakilan Pemerintah daerah yang harusnya hadir menyelesaikan permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat Kelurahan Pelalawan alias unfaedah dan keberadaanya malah hanya menjadi beban masyarakat dalam penyelesaian tersebut 

"Diharapkan, tidak bisa apa apa. Ditinggalkan, mereka pemimpin dan bapaknya masyarakat, mereka perwakilan pemerintah daerah di kelurahan Pelalawan, pena yang mereka pegang harusnya bermanfaat bagi masyarakat banyak, tapi itulah mereka,"tegas Dedi

"Jadi chats terakhir Pak TM juga menegaskan bahwa alangkah lebih baik kalau pak bupati yang menekan,"tambahnya

Dedi mendesak kepada pengurus tanaman kehidupan Kelurahan Pelalawan, Lurah dan Camat Pelalawan untuk dapat memberikan ketegasan terkait kelanjutan perjuangan mendapatkan hak fee tanaman kehidupan dari PT. RAPP, bukan lagi memberikan argumentasi yang berputar putar dan terkesan pembodohan kepada masyarakat Kelurahan Pelalawan.

"Yang tidak mampu memperjuangkan kepentingan, hak dan hajat hidup masyarakat Kelurahan Pelalawan sebaiknya kalian mundur, daripada sejarah mencatat kegagalan dan egoisme kalian,"tegasnya lagi.

Senada dengan Dedi, Putra Pelalawan lainnya, Liaz Abnur mengamini apa yang disampaikan kompatriotnya itu, sudah terlalu lama masyarakat Kelurahan Pelalawan dibuai dengan janji janji manis yang tak pasti.  Seakan akan hanya mereka yang bisa bernegosiasi dengan perusahaan di Kelurahan Pelalawan ini.

"Cerita cerita perjuangan sudah sampai di Kejagung, di Kementerian dan DPR RI itu tidak bisa di jual lagi di tengah masyarakat, itu cerita bongak bongak (bohong bohong) saja. Untuk itu, agar kita tetap memelihara rasa saling segan menyegani, mundur lah.! Itu lebih gentle daripada diberhentikan, masa itu sepertinya tidak akan lama lagi,"kata Liaz tegas

Liaz juga meminta kepada Lurah Pelalawan dan Camat Pelalawan untuk lebih bijak dan arif dalam menyikapi permasalahan tersebut. Kepentingan masyarakat harus diatas kepentingan pribadi dan kelompok orang yang telah diberikan kepercayaan oleh masyarakat.

"Pak camat dan pak Lurah harus berpikir sepuluh kali ekstra keras dari apa yang dipikirkan masyarakat. Karena itulah bapak bapak berdua di percayakan oleh pak bupati untuk memimpin masyarakat di Kelurahan Pelalawan, di Kecamatan Pelalawan. Kalau tidak mau berpikir, apa bedanya bapak bapak dengan masyarakat, dan malah jadi beban seperti disampaikan oleh Dedi,"kata Liaz

Tak hanya Lurah dan Camat saja yang menjadi tumpuan harapan penyelesaian polemik tanaman kehidupan di Kelurahan Pelalawan, ada beberapa tokoh masyarakat dari Pelalawan yang harus nya bisa bersuara dan berefek untuk ikut serta mengurai sengkarut yang tak berujung ini.

"Putra Pelalawan banyak yang hebat, ada bupati kita, ada Sekda kita, ada Kepala Bappeda, ada kadis kadis lain dan ada juga anggota dewan kita, itu kebanggaan kita, harusnya dapat memberi solusi kedepan,"katanya optimis

"Kalau orang orang hebat turun tangan, tak ada yang susah, tinggal kemauan saja,"pungkasnya ***

Terkini