PELALAWAN (Suarapelalawan) - Forum pegiat lingkungan hidup dan pecinta alam yang tergabung dalam Jaringan kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) meminta April grup dan anak anak perusahaannya seperti RAPP untuk menghentikan pembohongan publik yang menyesatkan.
RAPP disebut Jikalahari menyampaikan hal yang seakan akan perusahaan perusak hutan Riau itu telah melakukan banyak kebaikan kepada masyarakat padahal sebaliknya melakukan banyak kontribusi atas banyak kerusakan hutan di Riau.
"Sudah cukup APRIL Grup membohongi publik dengan menyatakan kontribusi positif mereka terhadap hutan, lingkungan dan masyarakat. Seharusnya mereka jujur dan masyarakat harus membuka mata, bahwa lebih banyak dampak negatif yang diberikan perusahaan ini terhadap lingkungan dan hutan kita,"tegas Koordinator Jikalahari Okto Yugo Setyo, Senin (9/12/2024)
Bahkan harusnya perusahaan milik taipan Sukanto Tanoto itu merasa malu karena mewariskan kerusakan hutan dan lingkungan untuk anak cucu generasi yang akan datang.
"Hutan yang telah mereka rusak belum juga mereka perbaiki, namun kerusakan-kerusakan lainnya terus mereka lakukan," imbuhnya.
Jikalahari bersama jaringan memetakan konflik yang terjadi antara masyarakat dengan perusahaan afiliasi APRIL Grup sejak perusahaan beroperasi di Riau. Konflik yang ditemukan di antaranya berkaitan dengan sengketa batas tanah ataupun tergusurnya masyarakat dari tanah ulayat, hilangnya sumber penghidupan masyarakat yang bergantung dari hasil hutan, kekerasan dan kriminalisasi terhadap masyarakat, perselisihan terkait kompensasi ganti rugi serta konflik lainnya berkaitan dengan polusi, kerusakan infrastruktur dan hal lainnya.
"Ditemukan ada sekitar 72 desa ataupun komunitas yang berkonflik dengan APRIL Grup dan perusahaan yang terafiliasi dengan mereka. Sekitar 82% diantaranya berkonflik berkaitan dengan isu penguasaan tanah dan penggusuran masyarakat sedangkan sisanya berkaitan dengan kekerasan dan kriminalisasi. Data yang tercatat disini hanyalah segelintir dari yang muncul ke permukaan. Tidak menutup kemungkinan ada lebih banyak konflik lainnya yang tidak tersorot ataupun terpublikasikan,"beber Okto Yudo.
Belum lagi masalah kerusakan hutan Riau yang disebabkan oleh operasional perusahaan nya Tan Kang Hoo ini, Jikalahari menemukan dalam 10 tahun terakhir, total 64.374,74 ha tutupan hutan alam yang telah hilang dalam areal konsesi perusahaan yang terafiliasi dengan APRIL Group/ RGE.
"Artinya, APRIL Grup dalam 10 tahun terakhir telah berkontribusi menghilangkan hutan alam seluas kota Pekanbaru,"kata Okto
Sikap tegas Jikalahari yang meminta RAPP dan April grup untuk tidak melakukan pembohongan publik bukan tanpa alasan, menurut Okto. Saat berbicara di sesi dialog CEO di konferensi Iklim COP 29 di Baku Azerbaijan, 11 November 2024 lalu, Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper, unit operasional April Group, Sihol Aritonang, memberikan pernyataan komitmen perusahaan dalam mendukung pelestarian hutan alam. Menyatakan bahwa kawasan HTI yang dikelola April berfungsi sebagai pelindung bagi hutan alam, pdahal yang terjadi sebaliknya
"April Grup terlibat dalam deforestasi, korupsi kehutanan, kebakaran hutan dan lahan serta konflik masyarakat dengan adat dan tempatan,"beber Okto
Tak sampai di situ, kebohongan demi kebohongan kembali di umbar grup RGE yang menaungi April, RAPP , Asian Agri dan perusahaan pemegang HTI di bawahnya. Saat perayaan Founder Day RGE, 7 November 2024, tanpa malu Chief Operating Officer (COO) PT. RAPP Eduward Ginting menyebutkan bahwa Perusahaan yang dipimpinnya itu telah memberikan banyak manfaat bagi Masyarakat di sekitar wilayah operasional. Dan sudah menjadi komitmen owner untuk memberikan yang terbaik bagi Masyarakat.
"Selama berdirinya PT. RAPP sudah banyak masyarakat membantu dan kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya. Sesuai arahan pimpinan perusahaan Sukanto Tanoto, perusahaan diminta agar selalu mengedepankan pemberian yang baik kepada masyarakat dan hendaknya bantuan yang di berikan tepat sasaran,"kata Eduward Ginting di acara Founder Day RGE, Sabtu (7/12/2024)
Jikalahari mencatat, aktifitas RGE melalui perusahaan HTI yang terafilisasi dengannya lebih banyak menciptakan dampak negatif bagi hutan dan masyarakat Riau. Hutan yang terus dirusak, flora dan fauna yang hilang akibat kehilangan habitat alaminya, konflik dengan masyarakat yang tak berkesudahan dan bahkan akibatkan masyarakat adat kehilangan hutan tanahnya hingga berkontribusi meyebabkan masalah lingkungan yang akibatkan karhutla hingga banjir.
"Belum lagi dari perbuatan mereka yang melawan hukum seperti melakukan illegal logging hingga suap untuk memperoleh izin banyak menimbulkan kerugian baik kerugian ekologis maupun kerugian lingkungan,pungkas Okto(Tim)