PELALAWAN, (Suarapelalawan) — Beredarnya pesan WhatsApp internal Kementerian Agama Kabupaten Pelalawan yang mewajibkan seluruh ASN, Kepala KUA, dan Kepala Madrasah Negeri untuk mengikuti lomba karaoke pada rangkaian Hari Amal Bakti (HAB) Kementerian Agama 2025, mendapat protes keras dari salah seorang tokoh masyarakat Pelalawan yang juga merupakan pendiri kabupaten ini.
Dalam pernyataannya, tokoh tersebut menilai bahwa instruksi tersebut tidak sejalan dengan arah tema nasional HAB 79 yang dicanangkan Kementerian Agama RI, yakni “Umat Rukun Menuju Indonesia Emas”.
“Tema itu seruan moral, bukan ajakan untuk berkaraoke ramai-ramai,” tegasnya, Rabu (19/11).
Ia mengatakan bahwa kewajiban mengikuti lomba hiburan seperti karaoke dapat menurunkan wibawa lembaga.
“Karaoke itu hiburan, bukan inti peringatan Hari Amal Bakti. Tidak elok benar rasanya jika pejabat agama memerintah staf dan kepala satuan pendidikan untuk bersyair di atas pentas,” katanya.
Tokoh tersebut mengaku bahwa masyarakat pun mulai mempertanyakan arah kegiatan HAB tahun ini. Pesan instruksi itu, menurutnya, “tidak sepadan dengan tradisi dan adat kerja Kementerian Agama yang selama ini dijunjung tinggi.”
“Banyak tokoh-tokoh tua di kampung bertanya. Jika orang-orang tua sudah bimbang, itu tandanya acara ini memang tidak selaras dengan harapan masyarakat,” imbuhnya.
Ia juga menyinggung bahwa beredarnya instruksi tersebut berasal dari koordinasi internal yang disebut-sebut diteruskan oleh seorang koordinator karaoke.
“Ini bukan persoalan suka atau tidak suka. Ini soal marwah institusi,” tegasnya lagi.
Tokoh ini juga menegaskan bahwa esensi dari peringatan Hari Amal Bakti menjadi simbol pengabdian para pendahulu dan momen untuk merefleksikan dedikasi kementerian dalam melayani masyarakat di bidang keagamaan.
"Sepertinya Kemenag kita ini miskin gagasan untuk memeriahkan peringatan HAB 2025, kalau orang yang hobbinya karaoke, maka gagasan gagasan apapun yang keluar tak jauh dari hal itu,Sangat disayangkan, gagasan lomba karaoke keluar dari seorang Kepala kementerian agama,"tegasnya
Masih dikatakan tokoh ini dengan sebuah pepatah lama untuk menggambarkan kondisi Kemenag Pelalawan saat ini yang sejati nya tempat bersandarnya dan tauladan bagi para penyiar agama, baik lembaga pendidikan yang berada di bawahnya maupun instansi keagamaan di tingkat kecamatan seperti KUA. Ketidakbijaknya Kepala Kemeneg Pelalawan malah menjatuhkan marwah instutusinya sendiri.
"Pepatah kito menyebutkan, tongkat membawak rebah," bebernya
Dengan gaya kepemimpinan kamenag Pelalawan, masyarakat di negeri seiya sekata mendesak Kakanwil Kamenag Riau untuk segera menarik Kakan menag Pelawan, Bumi melayu Pelalawan tidak butuh pemimpin agama yang tidak kesadaran keagamaan yang tinggi.
"Jangan libat kepala KUA berkaraoke, mereka itu tokoh di Kecamatannya masing masing, tempat orang bertanya tetang agama, jujur kita sangat prihatin lomba Karaoke itu dilaksanakan,"pungkasnya***
(Bersambung)