PELALAWAN (Suarapelalawan) - Dirut RAPP Mulia Nauli dikonfirmasi terkait pernyataan Jikalahari yang menyebutkan bahwa perusahaan kertas itu telah melakukan pembohongan publik. Apalagi saat Sihol Aritonang memberikan pernyataan di sesi dialog konferensi Iklim di Azerbaijan yang dinilai oleh Jikalahari tidak sesuai fakta di lapangan. RAPP hanya berusaha mencitrakan diri sebagai perusahaan yang peduli lingkungan hutan dan masyarakat sekitar. Padahal yang sebenar adalah sebaliknya.
Konfirmasi atas hal itu dilayangkan via aplikasi chatting yang ditujukan ke nomor bos RAPP ni. Sayang sampai berita ini tayang yang bersangkutan enggan memberi tanggapannya.
Sikap yang sama juga di tunjukkan oleh Chief Operating Officer (COO) PT. RAPP Eduward Ginting,konfirmasi lewat WhatsApp enggan dibalasnya. Kedua petinggi di perusahaan Sukanto Tanoto ini memilih diam, walaupun pesan terkirim telah conteng dua.
Pun begitu dengan Humas RAPP, Disra Aldrick memilih mengambil sikap diam saat diminta tangggapan nya terkait pernyataan Jikalahari yang menyebutkan bahwa perusahaan kertas itu telah melakukan pembohongan publik.
Erik (sapaan Disra Aldrick) tak merespon konfirmasi media ini lewat aplikasi chatting WhatsApp, padahal alamat pesan ke penyampai citra positif perusahaan itu bermaksud memberikan hak jawab perusahaan atas berita terkait kegiatan perusahaan. Dan redaksi media ini juga menghargai humas RAPP itu untuk tidak menggunakan hak jawabnya, karena tidak menjawab juga merupakan hak.
RAPP, sebagai perusahaan kertas yang berbahan baku kayu alam itu disebut Jikalahari menjadi penyebab banyak kerusakan kerusakan lingkungan, hutan dan konflik sosial yang timbul akibat perluasan izin HTI yang dimiliki oleh perusahaan nya Sukanto Tanoto ini.
"RAPP berkontribusi menghilangkan tutupan hutan alam dan akibatkan kerusakan ekologis di Riau
Catatan Jikalahari, RGE melalui APRIL Group dan anak usahanya telah melakukan penebangan hutan alam skala besar di Riau bahkan melalui tindakan bertentangan dengan hukum.
"Diperkirakan nilai tegakan hutam alam yang telah hilang mencapai Rp 2,5 triliun dan perekonomian negara telah dirugikan mencapai Rp 1,3 triliun."kata Koordinator JikalahariOkto Yugo Setyo dalam pesan elektronik di Terima media ini.
Seharusnya Sukanto Tanoto dan anak buahnya jujur dan malu karena mewariskan kerusakan hutan dan lingkungan untuk anak cucu mereka di generasi yang akan datang. Hutan yang telah mereka rusak belum juga mereka perbaiki, namun kerusakan-kerusakan lainnya terus mereka lakukan.
"Sudah cukup APRIL Grup membohongi publik dengan menyatakan kontribusi positif mereka terhadap hutan dan lingkungan,"pungkasnya **